Data Siana – Ada kepulauan yang dekat dengan Indonesia (Selatan Pulau Jawa) tapi masuk wilayah Australia. Kepulauan tersebut bernama Cocos, yang penghuningya orang Jawa dan Melayu.
Kepulauan yang awalnya kosong tak berpenghuni ini, tahun 1818 ditemukan Kapten John Clunies Ross asal Skotlandia. Pada masa penjajahan Belanda dan Inggris, John yang merupakan kapten sebuah kapal, mengarungi lautan Hindia.
Kapal yang dikomandoi John, membawa beberapa orang asal Jawa dan Melayu. Hanya saja hingga kini belum diketahui, hendak kemana kapal tersebut. Ditengah perjalanan, mereka berhenti di sebuah pulau yang banyak ditumbuhi pohon kelapa.
Luasan pulau yang belakangan diketahui bernama Cocos tersebut, luasnya 14 km2. John Clunies Ross kemudian memtuskan hidup di pulau tersebut bersama penumpang kapal lainnya yang asli Jawa dan Melayu tersebut.
Meski sudah ratusan tahun berada dibawah pemerintahan Australia, namun kebiasaan atau tradisi kehidupan orang Jawa dan Melayu (Indonesia), tetap dijalani hingga sekarang. Mereka melestarikan tradisi nenek moyangnya.
Dahulu, keseniannya berupa pertunjukan wayang kulit, namun wayang kulitnya berbahan kulit ikan hiu dan ikan pari. Peninggalannya masih tersimpan di Museum, Kepulauan Cocos. Jumlah penduduknya hanya sekitar 500-600 jiwa.
Tempat tinggalnya terpusat di Pulau Home, yang berdekatan dengan Pulau Cocos. Tradisi Ziarah kubur masih dilestarikan di sana. Masyarakat setempat menjelang bulan Ramadhan atau saat idulfitri, berziarah ke mkam leluhurnya.
Di Pulau Home juga berdiri masjid, karena masyarakatnya sebagian besar memeluk agama Islam dan mengenakan baju muslim saat acara keagamaan atau beribadah. Sedang pakaian keseharian warganya lebih mengarah lebih mirip pakaian atau busana melayu.
Bahasa keseharian mereka Bahasa Melayu dan Bahasa Inggris. Lantaran kepulauan Cocos dan Pulau Home lebih dekat ke Indonesia ketimbang Australia, maka televise di sana bisa menangkap siaran televise Indonesia.
Karena itu, masyarakat Kepulauan Kokos banyak tahu soal acara-acara televise Indonesia. Mereka juga banyak mengenal artis dan pejabat Indonesia. Saat menggelar acara atau pesta, mereka menghhibur diri dengan menari poco-poco asal Sulawesi .
Di Pulau Cocos juga ada kain batik, yang hanya dikenakan saat acara pernikahan. Awalnya, mereka membuat batik sendiri, namun saat ini didatangkan dari Indonesia. Mengingat, para pengrajinnya sudah tidak ada (Meninggal), selain itu mereka kesulitan mencari bahan batik.
Model rumah penduduk Kepulauan Cocos masih sama dengan model rumah di JawaMengenai masakan atau makanan, ssebagian dari mereka masih memasak makanan asli Indonesia . Seperti krupuk yang terbuat adari nasi.
Sebagai pulau yang cukup jauh dari Australia kebutuhan sehari-hari masyarakat Cocos disuplai dari Australia diangkut dengan pesawat, dua kali seminggu, setiap Selasa dan Sabtu. Mata uangnya Dolar Australia.
Sebagian masyarakat Cocos bermatapencaharian nelayan atau menangkap ikan. Di Kepulauan Cocos juga tersedia, rumah sakit, sekolah mulai dari TK hingga SMA. Namun kalau ingin meneruskan pendidikan ke jenjang berikutnya, mereka kuliah ke Indonesia atau Australia.
Semoga informasi ini menambah wawasan pembaca.
Sumber : Youtube Notice Indonesia